Halaman utama
Siapapun dapat 
ke Surga
Cukup bersikap Baik
Dasar ajaran Buddha
Pertanyaan Lanjutan
Praktek sehari-hari
Ziarah India
foto tamasya
Download
Ceramah Dhamma E-Learning dan PowerPoint
Sambungan situs jaringan dan berbagai sumber lainnya
Dapatkan  koleksi gratis dari kami
Komentar dan Tanggapan
Dana sumbangan
Tentang kami
 

Bacaan lainnya di ‘Just Be Good’ :
Hidup Penuh dengan Berkah
 


PERTANYAAN LANJUTAN… DAN JAWABANNYA

 

Kamma, kelahiran kembali dan ketidaksamaan dalam kehidupan
Ajaran Buddha dan pengetahuan modren
Ajaran Buddha dan mitos
Meditasi dan roh jahat
Homoseksual pria dan wanita
Merokok dan ajaran Buddha
Ambisi dan kepuasan
Vegetarianisme, bhikkhu dan daging tiruan
Berbagai alam kehidupan
Selebriti Buddhis warga Barat

 



Kamma, kelahiran kembali dan ketidaksamaan dalam kehidupan

Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan mengapa setiap orang terlahir tidak sama.

Pertanyaan-pertanyaan sering dilontarkan tentang mengapa seseorang sangat sehat dan yang lainnya terlahir dengan banyak penderitaan jasmani. Mengapa seseorang terlahir di keluarga kaya raya, dan yang lainnya dalam kemiskinan papa. Mengapa seseorang mampu menikmati hidup yang panjang dan bahagia, dan yang lainnya pendek umur oleh tindak kekerasan atau kecelakaan.

Umat Buddha tidak percaya bahwa semua ketidaksamaan ini disebabkan secara kebetulan, atau atas keinginan yang tidak dapat dijelaskan dari makhluk surga yang tidak tampak dan yang maha kuasa. Kita percaya bahwa kamma dan hukum Sebab dan Akibat menerangkan sebagian besar perbedaan-perbedaan dalam hidup manusia ini.


Apabila kita tidak dapat mengingat apapun dari kehidupan lampau kita, adilkah untuk menderita dalam kehidupan ini untuk sesuatu kesalahan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya?

Tanamkan dalam pikiran bahwa kamma bukanlah suatu sistem imbalan atau hukuman. Ia hanyalah prinsip dasar bahwa tindakan apapun yang disertai kehendak memiliki akibat yang dapat membuahkan hasil, ketika kondisinya tepat.

Ambillah contoh seseorang yang mabuk, kemudian tersandung dan jatuh ke dalam selokan. Dia mematahkan kakinya. Orang tersebut bisa saja tidak mengingat bagaimana dia jatuh dan mengalami luka, tetapi dia masih saja merasakan sakit akibat tindakan dia.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kamma dapat juga dipandang sebagai menanam bibit. Jika anda menanam bibit apel, pohon apel akan tumbuh. Jika anda menanam bibit ek, pohon ek yang akan tumbuh. Ia hanyalah prinsip dari hukum Sebab dan Akibat.

Oleh sebab itu, keadilan dan ingatan bukanlah factor dalam kamma dan ini berlaku secara merata untuk semua makhluk dalam kehidupan.

 

Apabila ada kelahiran kembali, mengapa orang-orang tidak mengingat kehidupan lampau mereka?

Ingatan tentang kehidupan lampau terbaring halus dalam alam bawah sadar kita. Kita biasanya tidak mampu masuk ke dalam ingatan ini karena pikiran kita tidak jelas, atau cukup terarah. Misalnya, sedikit sekali dari kita mampu mengingat  apa yang telah kita kerjakan di hari yang sama baru sebulan yang lalu! Tetapi, penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa anak-anak kecil yang pikirannya masih jernih, mampu secara spontan mengingat kehidupan lampau mereka.

Ahli jiwa orang Barat sekarang menggunakan metode hipnotis regresi untuk membantu pasien dengan masalah mental, dan beberapa dari pasien ini kelihatannya mampu mengingat kembali kehidupan lampau mereka di bawah terapi demikian. Bhikkhu-bhikkhu dengan pikiran yang terarah dan mereka yang mampu memasuki keadaan meditasi yang mendalam juga dikatakan mampu mengingat kembali kehidupan lampau mereka.

 

Apabila kita tidak dapat mengetahui apapun tentang kehidupan kita yang berikutnya, lalu mengapa khawatir tentang itu?

Adanya sedikit tindakan egois yang diambil. Hal ini sama dengan orang tua yang tidak bertanggung jawab yang menghabiskan segala yang mereka miliki tanpa menyisakan apapun untuk anak-anak mereka. Mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi dengan anak-anak mereka. Orang tua yang bertanggung jawab akan melakukan apapun yang mereka bisa untuk meyakinkan yang terbaik bagi keturunan mereka terlepas dari apakah mereka masih ada atau tidak untuk melihat hasilnya.

Akan tetapi, dikatakan dalam buku ajaran Buddha bahwa beberapa makhluk surgawi, dan juga beberapa makhluk yang terlahir di alam rendah pada kenyataannya mampu mengingat kembali kehidupan lampau mereka. Beberapa dari makhluk ini menjelaskan perbuatan-perbuatan yang memberi kondisi kelahiran kembali mereka. Itulah pendorong untuk melakukan yang terbaik semampu kita di kehidupan ini.

Dalam kasus apapun, sebagai seorang umat Buddha, kita harus melakukan sebaik yang kita bisa di kehidupan ini, terlepas dari apakah kita dapat atau tidak untuk mengalami akibat positif di kehidupan berikutnya.

Ada pepatah yang berharga dalam ajaran Buddha yang menghasilkan pemikiran-pemikiran tentang :

“Apabila anda ingin mengetahui bentuk kehidupan yang anda jalani di
  kehidupan lampau anda, lihatlah pada kehidupan anda saat ini. 

  Apabila anda ingin mengetahui bentuk kehidupan yang akan anda miliki di
  kehidupan berikut anda, lihatlah pada kehidupan anda saat ini.”


Adakah bukti ilmiah dari kelahiran kembali?

Pada kenyataannya terdapat banyak kasus yang diselidiki dan didokumentasikan dari orang-orang, termasuk banyak anak-anak kecil, yang mengingat kehidupan lampau mereka. Sementara terdapat banyak contoh bukti-bukti dalam buku yang tak terhitung jumlahnya yang berasal dari Timur, Studi dalam hal ini juga telah dilakukan banyak peneliti Barat.

Penyelidikan ini dilakukan untuk kelompok orang-orang Asia dan Barat di bawah kondisi ilmiah dan disertai dengan pengujian yang setepat-tepatnya. Kesimpulan yang didapati adalah kelahiran kembali bukan hanya memungkinkan, namun juga terbukti dengan baik.

Misalnya, Carol Bowman telah menulis buku-buku tentang anak-anak yang mampu mengingat kembali kehidupan lampau mereka. Buku-buku ini bukan buku-buku keagamaan atau spiritual, tetapi kasus studi yang terdokumentasi dengan baik berdasarkan penelitian dan penyelidikan empiris yang dilakukan pada ratusan anak-anak.

Prof. Ian Stevenson adalah seorang ahli jiwa terkenal dan direktur dari divisi Studi Perseptual di Universitas Virginia di USA. Publikasi Prof Stevenson, yang dimaksudkan terutama untuk komunitas para sarjana dan ilmuwan, menjelaskan lebih dari 3000 studi kasus orang-orang yang dapat mengingat kehidupan lampau mereka. 

Penyelidik lainnya yang terkenal dan bereputasi serta berotoritas dalam kasus ini adalah Dr. Jim Tucker, Dr. Raymond Moody dan Thomas Shroder.

 

Henry Ford :
“Tugas menjadi sia-sia jika kita tak dapat menggunakan pengalaman kita 
   di kehidupan berikutnya.”

“Kecerdasan adalah buah dari pengalaman panjang di banyak kehidupan.
  Untuk ini saya yakin, kita ada di sini untuk sebuah tujuan.

  Kita akan terus maju. Pikiran dan ingatan, adalah selamanya.”

 

Kembali ke bagian atas



Ajaran Buddha dan pengetahuan modren

Apakah ajaran Buddha bertentangan dengan pengetahuan modern?

Di antara semua agama besar di dunia, ajaran Buddhis tidak memiliki konflik besar atau yang berarti dengan penemuan pengetahuan modern. ia tidak memiliki mitos suatu pencipta juga tidak mencoba untuk menghubungkan fenomena alam dengan akibat-akibat gaib.

Ia sepenuhnya merangkul Teori dari Evolusi yang cukup jelas menerangkan doktrin Buddhis tentang ketidak-kekalan. Jadi ajaran Buddhis tidak memiliki kesukaran dengan sisa-sisa fosil, penanggalan berdasarkan karbon, dan bukti geologi yang digunakan pengetahuan modern dalam menentukan usia dari bumi yang berkisar sekitar 4.5 milyar tahun. Penemuan ini pada kenyataannya mengkonfirmasikan komentar Buddha tentang keberadaan bumi yang telah berlangsung berkalpa-kalpa lamanya.

Buddha telah berkata secara khusus tentang adanya tata surya yang tak terhitung jumlahnya di semesta ini dan bumi kita hanya seperti bintik abu dibandingkan dengan alam semesta yang luas dan beragam ini. Beliau tidak menyatakan bahwa bumi diciptakan oleh sesuatu makhluk surgawi atau manusia adalah ciptaan istimewa dari makhluk tersebut.

Dengan menggunakan astronomi modern, satelit dan radio teleskop, kita dapat mengamati trilyunan bintang dan milyaran galaxi di semesta; dan melihat dengan jelas bahwa Buddha melakukan pengamatan yang sangat tepat tentang bumi kita di semesta.

Konsep Buddha tentang waktu, dalam konteks alam semesta, nampaknya sangat sesuai dengan pengetahuan modern. Ajaran Buddha mengukur skala waktu dari semesta dalam satuan ‘kalpa’ yang tidak terbayangkan betapa panjangnya waktu. Beliau memberikan perumpamaan kain sutra yang digunakan untuk menyikat puncak dari gunung sekali dalam seratus tahun. Waktu yang diperlukan bagi gunung untuk menjadi usang sekitar satu ‘kalpa’ lamanya. Oleh sebab itu, kosmologi Buddhis cukup berdekatan dengan perkiraan ilmiah modern tentang usia dari semesta, yang diperkirakan sekitar 13.7 milyar tahun.

Juga dengan sangat menarik, Buddha menyebutkan bahwa semesta dalam kondisi yang terus mengembang dan menyusut dan proses ini berlangsung untuk waktu yang tidak terbayangkan lamanya, atau untuk banyak ‘kalpa’. Kelihatannya, Beliau mengantisipasikan teori pergerakkan semesta lebih dari 2500 tahun lamanya.

Dalam salah satu kotbahnya, Buddha memegang secangkir air dan berkata bahwa ada makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya dalam air. Untuk waktu yang lama, tidak ada siapapun yang memahami maksud ucapan Beliau, tetapi sekarang, kita dapat melihat melalui mikroskop bahwa pada kenyataannya terdapat mikro-organisme yang tak terhitung jumlahnya dalam cangkir air manapun. Jadi, masih banyak hal-hal yang diucapkan Buddha yang masih perlu untuk ditemukan dan dipahami.

 

William Shakespeare, di Hamlet :
“Ada lebih banyak hal-hal di surga dan di bumi, Horatio, 
  daripada mimpi-mimpi filosofi anda.”

 

Kembali ke bagian atas



Ajaran Buddha dan Mitos

Dalam ajaran Buddha, mengapa tidak ada kepercayaan terhadap Tuhan maha tinggi yang menciptakan semesta?

Umat Buddha cenderung bersikap cukup realitis dalam hal ini dan tidak mempercayai mitos penciptaan seperti alam semesta muncul dari telur kosmik, atau diciptakan oleh seorang pria tua dengan jenggot putihnya yang panjang. Jadi kita senantiasa percaya bahwa semesta selalu ada.

Apabila dikatakan bahwa makhluk yang maha kuasa atau ‘perancang terpandai’ yang menciptakan semesta, maka menimbulkan pertanyaan yang sangat jelas tentang siapa yang kemudian menciptakan atau ‘merancang’ makhluk itu? Dan apabila makhluk tersebut selalu ada, lalu bukankah lebih dapat dipercayai bahwa sebaliknya semesta selalu ada?

Dalam kasus apapun, umat Buddha tentu saja tidak percaya tentang makhluk maha kuasa dan maha tahu, dengan alasan apapun, yang mengijinkan ciptaannya sendiri untuk disiksa dalam neraka untuk selama-lamanya (sementara makhluk tersebut juga diciptakan). Dan apabila makhluk maha kuasa tersebut mengetahui sebelumnya bahwa kebanyakan dari ciptaannya ditakdirkan terbakar di neraka selama-lamanya, lalu mengapa masih saja menciptakan begitu banyak penderitaan? Juga sulit bagi umat Buddha untuk percaya bahwa makhluk maha tinggi yang penuh cinta kasih dan pemaaf ternyata juga bersikap pendendam, tidak adil, tak kenal ampun dan sadis.

Buddha menasehati kita untuk tidak memperhatikan spekulasi-spekulasi demikian, berhubung spekulasi-spekulasi ini pada akhirnya tidak bermanfaat. Beliau menyampaikan cerita tentang seseorang yang tertusuk oleh panah beracun, tidak ingin mencabut panahnya sampai dia mengetahui siapa yang menembak panah tersebut, mengapa dia tertembak, dan racun jenis apa yang ada di panahnya.

Serupa halnya dengan tugas seorang dokter yang mencabuti panah beracun tersebut dan mengobati lukanya, dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tersebut yang bukan pada waktunya; merupakan peranan Buddha dalam menunjukkan pada kita cara untuk membebaskan diri kita dari penderitaan dan tidak menjawab pertanyaan spekulatif tersebut. Oleh sebab itu, Beliau berkata kita harus lebih memikirkan dan fokus terhadap apa yang penting, yakni praktek ajaran Buddha.

Jadi ajaran Buddha tidak mengancam non-Buddhis dengan hukuman neraka yang selama-lamanya?

Tentu saja tidak! Ancaman tersebut mungkin saja dibutuhkan di jaman kuno untuk menjaga keberadaban manusia, dan juga dilakukan bersamaan dengan janji imbalan di surga. Pendekatan ini juga dilakukan  dalam menarik orang-orang untuk bergabung dengan kelompok keyakinan tertentu, dengan ancaman hukuman yang abadi dan pahala.

Umat Buddha tidak menerima konsep tentang seorang Tuhan pencemburu yang menghukumi ciptaannya sendiri hanya karena mereka memilih keyakinan yang berbeda. Secara praktis, semua bangsa yang beradab menghormati dan menjamin kebebasan berpikir dan praktek agama, seperti yang diabadikan dalam piagam PBB (Pasal 18). Penyiksaan lebih jauh lagi, dilarang oleh semua bangsa yang beradab di muka bumi. Jadi bagaimana mungkin Tuhan tertentu yang sewajarnya menciptakan kita semua, bisa jadi kurang beradab? Maka itu, umat Buddha menemukan ancaman siksaan selama-lamanya di neraka cukup sulit untuk dipercaya.

Sebagai contoh, makhluk mana yang akan mengirimkan atau mengijinkan makhluk lainnya untuk dibakar dalam neraka yang berapi-api untuk selama lamanya? Ambillah pengorek api biasa misalnya. Nyalakan di telapak tangan anda. Dapatkah anda menahan rasa sakit hanya untuk beberapa detik saja? Dapatkah anda menyalakan pengorek api tersebut di telapak tangan seseorang hanya untuk satu menit saja dan mengamati mereka berteriak dalam kesakitan? Dapatkah anda melakukan hal itu pada seseorang untuk selama-lamanya? Kekejaman tersebut di luar bayangan kita.

Lebih jauh lagi, jika dalam kuasa anda untuk menghentikan penderitaan yang sangat dan tanpa akhir itu, tidakkah akan anda lakukan? Akankah sesuatu makhluk yang sehat dan rasional tidak melakukannya? Tidak akan pernah ada pembenaran untuk kekejaman yang tak kenal ampun untuk alasan dan keadaan apapun yang memungkinkan.

Buddha tidak pernah menggunakan ancaman apapun, atau mencoba untuk memaksa siapapun dalam menerima ajarannya. Beliau percaya dengan kebebasan berpikir. Beliau mengenali bahwa tidak semua orang dapat menerima ajarannya, dan orang-orang mengalami kemajuan secara berbeda-beda dan akan memilih jalur yang berbeda untuk diri mereka sendiri. Beliau lebih menyenangi untuk menjelaskan ajarannya dengan cara yang logis dan masuk akal, dan ingin orang-orang untuk memahami dan menyadari ajarannya untuk diri mereka sendiri tanpa rasa takut akan hukuman dari dirinya.

Ajaran Buddha bukanlah mengenai ancaman atau imbalan, tetapi mengenai pengetahuan dan pemahaman.

 

Albert Einstein :
“Ajaran Buddha memiliki karakteristik dari apa yang dapat diharapkan
  dalam agama kosmik di masa mendatang : ia melampaui kepribadian
  Tuhan, melampaui ajaran agama dan teologi; ia melingkupi kealamian 
  dan spiritual, dan ia berdasarkan pada pengertian religi, yang terwujud 
  dari pengalaman akan segala hal, yang alami dan spiritual, sebagai
  kesatuan yang bermakna. Apabila ada ajaran yang dapat mengatasi
  kebutuhan pengetahuan modern, maka ajaran tersebut adalah ajaran
  Buddha.”


Kembali ke bagian atas



Meditasi dan roh jahat

Apakah meditasi mengijinkan setan atau roh jahat untuk memasuki dan merasuki pikiran?

Meditasi telah dipraktekkan dalam beragam bentuk, dan oleh beragam kebudayaan dalam masa ribuan tahun. Ia diajarkan dan dipraktekkan di seluruh dunia dan mendapatkan banyak popularitas, terutama di negara Barat.

Badan hukum besar internasional yang mengirimkan staff dan eksekutif mereka untuk pelajaran dan retret meditasi meningkat dalam jumlah. Mereka mengenali manfaat-manfaat dari meditasi dalam meningkatkan konsentrasi dan kejernihan pikiran, begitu juga penanggulangan yang lebih baik terhadap tekanan, rasa sakit, kejengkelan dan kemarahan.

Ilmuwan syaraf di Universitas Massachusetts Sekolah Medis, dengan mempelajari gelombang otak dari orang-orang yang bermeditasi secara rutin, telah menunjukkan bahwa mereka lebih damai dan tenang dari non-meditator. Peneliti di Universitas California, San Fransisco Pusat Medis, telah menunjukkan dengan meditasi, umat Buddha benar-benar lebih bahagia dan lebih tenang dari kebanyakan orang!

Sebagian orang mungkin mengecilkan hati kita dari praktek meditasi karena ketakutan mereka sendiri yang tidak rasional. Cukup bijaksana untuk menanggapi omongan tersebut sebagai omong-kosong yang takhyul.

 

Kembali ke bagian atas



Homoseksual pria dan wanita

Dapatkah homoseksual pria dan wanita menjadi pengikut ajaran Buddha?

Orientasi seksual tidaklah begitu penting dalam ajaran Buddha. Buddha akan bertanya, siapa yang lebih baik – seorang homoseksual pria yang bersikap baik atau seorang heteroseksual yang jahat dan tidak jujur? Menurut Buddha, apa yang menjadi perhitungan adalah moralitas dan kebajikan dari seseorang, dan apakah orang tersebut berada di jalan menuju pencerahan atau tidak.

Oleh sebab itu, homoseksual pria dan wanita yang menjalani kehidupan yang baik dapat dengan pasti menjadi seorang Buddhis.

 

Kembali ke bagian atas



Merokok dan ajaran Buddha

Apakah merokok dilarang dalam ajaran Buddha?

Sejujurnya, ajaran Buddha tidak menganggap kebiasaan merokok sebagai tindakan yang tidak benar secara moral.

Akan tetapi, praktisi ajaran Buddha yang serius yang telah memiliki kebiasaan ini akan berusaha untuk melepaskannya. Ini dikarenakan kebiasaan merokok adalah suatu bentuk kecenderungan dari nafsu keinginan dan keterikatan yang sungguh menagihkan. Juga, kebiasaan merokok membahayakan diri sendiri dan orang lain lewat pengaruh dari asap rokok. Jadi, apabila sesuatu itu membahayakan diri sendiri dan juga orang lain, hal tersebut tidak dapat dipandang secara positif dalam ajaran Buddha.

 

Kembali ke bagian atas



Ambisi dan kepuasan hati

Ajaran Buddha mengajarkan tentang kepuasan hati, tetapi orang-orang memiliki ambisi dalam pekerjaan dan juga menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk keluarga mereka. Bagaimanakah hal ini dapat disatukan?

Sementara benar dikatakan bahwa ajaran Buddha menganggap kepuasan hati sebagai suatu kebajikan, ia juga menyadari bahwa setiap orang memilih jalur yang berbeda untuk memperoleh kedamaian dan kebahagiaan mereka sendiri. Dalam kasus seperti ini, Buddha akan merekomendasikan Jalan Tengah.

Tidak menjadi terlalu berambisi sampai menyebabkan kerugian dan luka pada orang lain dalam mencapai ambisi anda. Dan juga tidak terlalu berpuas hati sampai penghidupan dan keluarga anda sendiri yang dirugikan.

 

Kembali ke bagian atas



Vegetarianisme, bhikkhu dan daging tiruan

Apakah menjadi vegetarian adalah keharusan bagi umat Buddha?

Dalam ajaran Buddha, menjadi vegetarian atau tidak, tergantung sepenuhnya pada pribadi itu sendiri. Apa yang ditekankan dalam ajaran Buddha bukanlah kemurnian dari makanan, tetapi kemurnian dari pikiran.

Tentu saja, banyak umat Buddha, yang kemudian menyadari kekejaman yang terlibat dari konsumsi daging, yang tidak lebih dari sekedar daging binatang malang. Banyak yang berhasil dalam mengakhiri nafsu keinginan dan keterikatan pada konsumsi daging, dan pada akhirnya menjadi vegetarian atas kehendak mereka sendiri.

Akan tetapi, apabila menjadi vegetarian tidak sesuai atau terlalu sulit, maka ambillah jalan dimana anda merasa nyaman dengannya. Meskipun demikian, menjadi vegetarian sekurang-kurangnya sekali atau dua kali dalam sebulan adalah cara yang baik dalam mempraktekkan belas kasih pada semua makhluk hidup, dengan kesadaran menghindari daging setidaknya pada hari itu.

Buku yang dengan sangat baik menguraikan pandangan Buddhis tentang Vegetarianisme adalah karangan Philip Kapleau’s “Menghargai setiap kehidupan”.

 

Mengapa sebagian bhikkhu makan daging?

Buddha menolak larangan makan daging di antara pengikut Beliau. Beliau memiliki alasan yang sangat praktis dalam hal ini karena makanan sayur-sayuran tidak cukup tersedia di beberapa area, atau bisa jadi sangat langka pada musim kering. Sebagai contoh, makanan sayur-sayuran sangat terbatas di tempat seperti Tibet.

Para bhikkhu bertahan hidup dengan cara meminta sedekah dan apabila meminta sedekah hanya dibatasi pada makanan sayur-sayuran, maka hal ini bisa menjadi beban besar bagi umat awam yang mendukung para bhikkhu. Jadi, para bhikkhu makan apa saja yang diberikan kepada mereka, bahkan jika itu daging, sepanjang binatang tersebut tidak secara khusus dibunuh untuk mereka.

Dewasa ini, walaupun banyak bhikkhu dan vihara memiliki pilihan untuk makanan sayur-sayuran. Namun, harus diperhatikan bahwa sebagian besar bhikkhu dalam tradisi Mahayana adalah vegetarian ketat.

Bukankah vegetarian umat Buddha yang mengkonsumsi daging tiruan bersifat munafik? Mengapa harus daging tiruan?

Daging tiruan adalah makanan popular vegetarian yang terbuat dari ketan, kacang kedelai atau jamur yang meniru tampilan dan rasa dari daging beneran. Umat Vegetarian Buddhis terkadang dituduh munafik karena mereka mengaku menghindari daging namun makan segala jenis daging tiruan. Kaum vegetarian umumnya tidak berkeinginan untuk mengkonsumsi sesuatu yang melibatkan penderitaan dan pembunuhan dari hewan yang malang. Jadi, mereka tidak memandang daging tiruan sebagai ‘daging’ tetapi hanyalah sesuatu yang memberikan keragaman makanan.

Daging tiruan pada awalnya diproduksi untuk menarik non-vegetarian pada makanan vegetarian. Misalnya, daging tiruan tersebut dapat dimakan oleh pemakan daging yang ingin menjadi vegetarian, berhubung makanan tersebut memudahkan transisi menuju vegetarian penuh.

Dalam kasus apapun, makan daging tiruan masih jauh lebih baik dari makan daging binatang asli.

 

Buddha :
“Semua makhluk mencintai kehidupan,
  Semua makhluk mencintai kebahagiaan.
  Dengan diri sendiri sebagai perbandingan,
  kamu tidak seharusnya melukai atau membunuh,

  Atau menyebabkan luka atau terbunuhnya makhluk lain.” 

 

Kembali ke bagian atas



Berbagai alam kehidupan

Apa sajakah alam-alam kehidupan itu, dan apakah mereka tempat yang nyata?

Secara tradisi, umat Buddha mengenali adanya enam alam kehidupan yang berbeda. Mereka adalah alam neraka, alam binatang, alam setan kelaparan, alam asura, alam manusia dan alam surga. Beberapa dari alam-alam ini, misalnya alam binatang dan setan kelaparan, menempati alam kita.

Juga dikatakan tentang adanya perbedaan ‘tingkatan’ dalam alam surga dan neraka. Meletakkan hal ini dalam sudut pandang, ambillah bumi kita sebagai contoh. Saat ini ada 193 negara di dunia, yang tersebar di seluruh tujuh benua. Hidup di negara yang damai dengan cuaca yang menyenangkan benar-benar jauh berbeda dengan makhluk di negara yang hancur oleh peperangan yang diserang oleh kelaparan dan penyakit. Jadi jelas jika bahkan di bumi kita, ada perbedaan besar di antara negara-negara yang berbeda!

Jadi alam surga adalah alam kehidupan yang jauh lebih menyenangkan bahkan dari negara terbaik di dunia, dan alam neraka adalah alam dimana kondisi-kondisinya jauh lebih menyedihkan dari tempat manapun di dunia. Bahkan ‘tingkatan’ yang berbeda di antara alam-alam ini dapat dibandingkan dengan berbagai negara di setiap benua dimana kondisi kehidupan di beberapa negara bisa ‘lebih baik’ atau ‘lebih buruk’ dari yang lainnya.

Ada sudut pandang lainnya yang dikatakan oleh Buddha berupa kiasan ketika Beliau berbicara tentang berbagai alam kehidupan ini. Misalnya, seseorang yang menderita akibat mengalami cacat jasmani  yang parah, penyakit yang serius, atau sakit mental, dikatakan terlahir di alam neraka. Orang-orang yang menjalani hidup dalam perampasan dimana fokus mereka hanyalah untuk memperoleh makanan yang berikutnya dan bertahan hidup, dikatakan terlahir di alam binatang.

Orang-orang dengan hasrat yang tidak terpenuhi dan terbakar terus-menerus dan tidak pernah merasa puas betapapun banyak yang mereka miliki, dikatakan ada di alam setan kelaparan. Mereka yang agresif berlebihan dan berperang terus-menerus dan haus kekuasaan dan harta benda ada di alam asura. Dan orang-orang yang terlahir dengan bentuk jasmani yang mengagumkan dan kekayaan dikatakan terlahir di alam surga. Misalnya, bintang olahraga dan film yang memiliki semua sifat di atas bersamaan dengan jutaan penggemar atau ‘pemuja’ sering digambarkan sebagai dewa!

Cukup jelas alam-alam rendah seperti neraka, binatang, setan kelaparan dan asura adalah tempat-tempat yang menderita, dan alam-alam surga adalah tempat yang menyenangkan. Akan tetapi, Buddha  berkata bahwa alam-alam ini bukanlah secara khusus merupakan alam yang cocok untuk praktek ajaran Buddha, atau untuk mengumpulkan kamma positif. Ini karena makhluk-makhluk di alam rendah umumnya dalam banyak penderitaan dan makhluk-makhluk di alam surga terlalu sibuk menikmati diri.

Oleh karenanya, berhubung alam manusia memiliki penderitaan dan kebahagiaan , ia dapat dianggap tempat yang paling cocok untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran Buddha. Juga, alam manusialah yang menawarkan kesempatan terbesar untuk berbuat baik dan mengumpulkan kamma positif.

Akan tetapi, Buddha juga mengatakan bahwa banyak makhluk alam surga yang mempraktekkan ajarannya dan mampu mencapai Nibbana. Beliau oleh karenanya mendorong siapapun berjuang untuk terlahir di alam surga atau alam manusia.

Apakah ke enam alam kehidupan ini nyata atau bersifat simbolis tidaklah begitu penting. Apa yang penting adalah memelihara latihan kita untuk memastikan kelahiran kembali yang baik. Hal ini sangat penting karena hanya di alam manusia atau alam surga saja kita dapat mempelajari dan mempraktekkan ajaran Buddha kemudian mencapai Nibbana.

 

Kembali ke bagian atas



Selebriti Buddhis warga Barat

Dengan ajaran Buddha yang menjadi semakin popular di negara Barat, adakah individu-individu terkenal yang telah menjadi umat Buddha?

Pada kenyataannya banyak individu kalangan atas yang telah menemukan dan mengikuti ajaran Buddha. Yang berikut ini hanyalah beberapa dari sekian banyak selebriti Buddhis yang
terkenal :

Richard Gere Bintang Film An Officer and a Gentleman
Harrison Ford Bintang Film Indiana Jones
Orlando Bloom Bintang Film Kingdom of Heaven
Keanu Reeves Bintang Film The Matrix
Uma Thurman Bintang Film Kill Bill
Oliver Stone Produsen Film JFK
Tina Turner Penyanyi Terkenal What’s Love Got to Do With It
Adam Yauch Penyanyi Terkenal Beastie Boys
Herbie Hancock Musisi Jazz
Tiger Woods Juara Golf
Roberto Baggio Bintang Sepakbola Italy
Phil Jackson Pelatih NBA Chicago Bulls
William Ford Jr. Pemimpin Ford Motor Company
Steve Jobs Pemimpin Apple Inc.

 

Kembali ke bagian atas

 

 
         

 Kembali ke halaman semula

Halaman utama

Halaman berikutnya